Pengorbanan Seorang Ibunda

infoalya.com


SAHABAT  ALYA - Sebuah kisah nyata yang membuat miris setiap pembaca dan pendengar dimana saja berada. Seorang putri remaja yang dibesarkan oleh kedua orangtuanya dengan penuh cinta. Sang Ibu tidak pernah mengingkan balasan atas jerih payahnya. Itulah kasih ibu terhadap putrinya. Berbeda dengan seorang anak, yang terkadang masih mengharapkan pamrih dari orangtuanya. Ketika seorang putri tumbuh menjadi remaja. Tidak terasa, ternyata sudah memasuki usia 19 tahun dan sudah lulus SMA. Betapa senangnya ibu bapaknya atas kelulusan putri tercintanya. Selanjutnya, sang putri mendaftarkan diri menjadi seorang mahasiswa di salah satu kampus kota Malang. Sebagai orangtua, tentu saja berbahagia atas apa yang dicapai oleh putri tercintanya. Khususya sang Ibu, selalu memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.

Setiap pagi, sebelum berangkat kuliah, sang Ibu-pun selalu memberikan bekal dengan pesan-pesan moral kepada putrinya agar senantiasa menjaga diri. Karena menjaga diri itu sama dengan menjaga martabat kedua orangtua. Kewajiban orangtua adalah selalu memberikan bekal materi, nasehat dan do’a.

Salah satu pesan seorang Ibu kepada putri tercintanya adalah, jangan keluar malam, belajar sungguh-sungguh, jangan berpacaran, apalagi berboncengan dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Karena yang demikian itu sama dengan menyakiti dan melukai hati kedua orangtua, serta melangar ajaran Rosullah SAW.Mendengar petuah sang Ibu, mahasiwi itu mangut-mangut, sebagai bukti bakti seorang anak kepada kedua orangtua.  Orangtua memang memiliki hak penuh atas anak-anaknya. Wajar, jika kemudian seorang Ibu berpesan demikian kepada putrinya, serta anak-anaknya semua, sebagai bentuk kasih sayang dan cinta mendalam.

Sebuah kisah menarik terkait dengan hak orangtua atas anaknya. 
Di jaman Rasulullah SAW, ada seorang pemuda mengadukan ayahnya kepada Nabi SAW karena si ayah mengambil harta milik anaknya. Ternyata, Rosulullah SAW justru membela sang Ayah. Sebab, perjuangan sang Ayah di dalam mendidik, dan membesarkan, tidak sebanding dengan harta yang diambil. Bahkan, tidak ada apa-apanya. Untuk itulah, Rosulullah SAW memberikan nasehat kepada pemuda itu agar tidak menyakiti hati sang ayah. Seanadinya, semua jiwa raga sang anak dikorbankan untuk ayahandanya, tidak akan cukup untuk membalas kebaikan dan pengorbanan seorang ayah dan ibu terhadap anaknya.

Masih terkait dengan perilaku mahasiswi terhadap ibunya. Ketika sudah menjadi mahasiswi, dimana kehidupan dunia kampus begitu panas dengan dunia percintaan dan pacaran. Lelaki dan wanita sudah biasa bersama-sama, walaupun belum menikah. Bahkan, berdua-duan sampai malam larut tidak menjadi masalah, walaupun mereka tahu kalau hal itu dilarang agama dan juga melukai hati kedua orangtuanya.
Ketika di ingatkan orangtuanya, atau saudara-saudaranya mahasiswi itu selalu menjawab:’’aku tidak pacaran, aku cuma teman biasa…! Padahal semua orang tahu, kalau dirinya itu berpacaran dan telah menodahi agama dan menodai kepercayaan orangtuanya.

Setiap hari, mahasiswi ini selalu menampakkan sikap yang tidak patuh kepada Ibunya. Padahal sang Ibu pontang panting mencari duit untuk biaya kuliah dan uang saku. Ratusan juta sudah dikeluarkan untuk mengantarkan putrinya meraih cita-citanya. Orang Jawa bilang;’’ kepala di jadikan kaki, kaki dijadikan kepada demia masa depan anak-anaknya’’.
Tetapi, karena dunia kampus begitu keras dan panas dengan segala persaingan cinta. Maka, nasehat orangtua seringkali ditinggalkan, bahkan tidak pernah direken sama sekali. Sebab, cinta itu telah membutakan dirinya. Bahkan semakin hari hubungan dengan lawan jenisnya semakin akrab. Sehingga nyaris membahayakan sebagai seorang wanita muslimah. Tidak ada cara lain bagi orangtuanya, kecuali segera menikahkan keduanya dari pada harus menderita dan tersiksa batinnya setiap menyaksikan putri dan lelaki itu selalu berdua kemana-mana tanpa ikatan nikah.

Ahirnya, menikahlah kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu. Setelah menikah, keduanya terlihat bahagia, karena kedua merasakan bahwa pasangannya adalah pilihan tuhan. Memang benar begitu. Tetapi, keduanya tidak merasa bahwa selama ini telah menyakiti hati kedua orangtua yang selama ini mengorbankan jiwa dan raga atas kelahirannya serta menyekolahkan dengan biaya yang cukup mahal.
Setahun kemudian, sang putri hamil. Ketika melahirkan, terjadi pendarahan yang begitu hebat. Berbagai cara telah dokter dilakukan untuk menyelamatkan putrinya. Ternyata darah tertap deras mengilir. Orangtua terus menerus beristigfar kepada Allah SWT memohonkan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan oleh putrinya. Tetapi, darah itu tetap saja mengalir deras, seolah-olah tidak mau berhenti.

Sang Ibu yang selama ini sering dikecewakan oleh putrinya semasa menjadi mahasiswa, ahirnya melakukan cara aneh, unik, tergolong nekad. Karena cara ini tak lazim dilakukan. Betapa terkejut anak dan menantunya, darah yang mengalir di ambil dan basuhkan kemukanya berkali-kali. Sambil berlinang air mata, ibu itu terus membasuhkan darah nifas sang putri kemukanya. Dengan ijin Allah SWT, tiba-tiba darah nifas itu berhenti (mampet). Orangtua mau melakuan ini demi putrinya, sementara sang putri masih belum merasakan kalau dirinya telah melukai hati sang Ibu salama menjadi mahasiswi.

Lagi-lagi, keajaiban muncul. Kiihlasan dan ketulusan seorang Ibu di dalam mengorbankan dirinya tidak ada batasan. Adakah kalimat yang lebih indah dan pantas untuk diucapkan kepada orangtua? Ketulusan Ibu dan ayah mampu mengegerkan penduduk langit. Para malaikatpun mengucapkan amin, ketika ayah ibu berdoa untuk anak-anaknya. Kemudian, adakah perngorbanan anak yang lebih besar melebihi pengorbanan ayah bunda?

2 Comments

[+] Silahkan tinggalkan komentar
[+] Berkomertarlah dengan santun
[+] Mohon tidak meninggalkan live link
[+] Terima kasih untuk komentar anda

https://infoalya.com

  1. Sebuah pembelajaran bagi kita semua bahwa yang namanya orang tua adalah wakil Tuhan di dunia, trims ya pak.

    ReplyDelete
  2. Semoga kita dijauhkan dari sifat2 orang yg dholim, sungguh orang tua kita adalah pelita hidup kita.

    ReplyDelete
Post a Comment
Previous Post Next Post